ANGKA MERAH BUAT AYAH-BUNDA

Tiap akhir semester, para orangtua berbondong-bondong ke sekolah anak untuk menerima rapor. Rasanya pasti dag-dig-dug-der !! Biasanya, sesudah rapor dalam genggaman, lantas dapat tergambar berbagai macam raut muka mereka. Ada yang tersenyum puas, tersenyum kecil, menarik nafas panjang, cemberut, bahkan ada juga yang marah-marah. Saling tanya dan lihat rapor anak lain pun terjadi untuk membuat perbandingan atau sekedar memamerkan.

Pada waktu itu, biasanya guru memberikan waktu untuk berkomunikasi dengan orangtua. Mereka yang begitu peduli dengan anaknya tentu saja akan memanfaatkan kesempatan emas ini untuk membahas perkembangan anaknya di sekolah. Tetapi, ada juga orangtua yang masa bodoh, tidak peduli dengan angka-angka di dalam rapor, bahkan buru-buru beranjak dengan dalih hendak ini itu.

Cukup mengasikkan bukan pada saat-saat yang menegangkan dalam menerima rapor anak di sekolah? Untuk orangtua yang mengetahui persis bahwa anaknya tipe yang suka belajar, rajin, dan rasa keingintahuannya cukup besar setidaknya merasa cukup tenang, karena biasanya dapat memperkirakan prestasi anaknya yang ditunjukkan dalam angka-angka rapor. Nah...bagaimana untuk yang sebaliknya? Angka merah kah yang akan didapat? Teguran dari guru kah yang harus didengar?

Baiklah, kali ini Tips Asuhan Cerdas akan membahas tentang Angka Merah Buat Ayah-Bunda...Cekidot...

1. PENTINGNYA RAPOR
Rapor menunjukkan prestasi anak di sekolah. Angka-angka yang ada menunjukkan hasil belajar dia hari demi hari di sekolah, bahkan juga di rumah. Tidak hanya mata pelajaran yang dinilai, tetapi juga perilaku anak di sekolah, dan hubungannya dengan guru dan teman-temannya. Sekolah yang bagus biasanya menyertakan rapor narasi dalam buku tersendiri. Ada bahasan prestasi anak di tiap mata pelajaran serta kegiatan-kegiatan lain di sekolah. Uraian ini sangat membantu orangtua dan guru untuk memantau perkembangan anak.

Dengan melihat rapor, kita dapat mengatur strategi belajar anak di kemudian hari. Dengan rapor, kita dan anak dapat introspeksi dan segera bertindak dengan cermat serta terarah untuk membuat rapor berikutnya lebih bagus. Guru pun akan berusaha menambah perjuangannya dalam meningkatkan teknik-teknik mengajarnya dan memperkaya materi pelajaran.

2. MENCIPTAKAN RAPOR YANG BAIK
Dengan penuh kebijaksanaan, sudah seharusnya kita selalu berupaya membantu anak meningkatkan prestasi. Dukungan kita sangat dibutuhkan anak-anak. Berbagai macam cara dapat kita upayakan. Bisa dari memperhatikan kebutuhan anak, fasilitas-fasilitas belajarnya, dll. Menciptakan angka di rapor bukan sepenuhnya tugas guru dan bukan pula mutlak kewajiban anak. Orangtua harus pandai mengatur strategi agar anak rajin belajar. Orangtua harus membantu proses pencapaian angka-angka rapor anak.

Jika orangtua, guru, dan anak bisa saling bekerjasama dalam berusaha, niscaya anak akan mendapat hasil yang memuaskan. Anak akan senang ketika melihat prestasinya yang bagus, dan orangtua maupun guru akan bangga.

Begitu halnya ketika rapor anak jelek, sebagai orangtua sebaiknya tidak perlu memarahinya, akan lebih bijak jika orangtua menghibur dan menyemangatinya untuk memperbaikinya. Anak dengan nilai rapor yang jelek itu sudah cukup sedih, apalagi ditambah dengan orangtua yang memarahinya, pasti bertambah pula kesedihannya.

Guru saya dulu pernah bercerita, ketika kenaikan kelas, salah satu anaknya tidak naik kelas. Tetapi, anaknya yang tidak naik itu malah diajaknya jalan-jalan dan dihibur. Kakak-kakaknya pun protes. Namun, dengan bijaksana, guru saya menjelaskan bahwa si adik sedang bersedih dan harus dihibur karena untuk kali ini adik tidak naik kelas. Akhirnya mereka pun paham. Setelah itu, si adik selalu naik kelas, bahkan nilainya pun bagus. Tentu saja hal ini tidak lepas dari pendampingan dan semangat dari guru saya.

3. RAPOR YANG SESUNGGUHNYA
Sebenarnya tidak hanya rapor sekolah yang harus diperhatikan. Ada rapor lain yang juga harus diperjuangkan. Anak bukan hanya harus pandai di sekolah. Di rumah dan lingkungan sosialnya pun anak juga harus memperjuangkan nilai-nilai yang baik. Di rumah, anak harus bersikap baik dan bisa diajak kerjasama dengan anggota keluarga yang lain. Di lingkungan sosial, anak juga harus mampu menujukkan perilaku terpujinya. Jadi, penilaian anak tidak semata-mata hanya ditentukan oleh nilai yang tertera dalam rapor sekolahnya. Anak yang pandai dan memiliki nilai rapor bagus pun tidak dapat dibanggakan jika memiliki etika yang buruk, misalnya suka mengganggu temannya, suka mengambil barang milik teman, dll. Bisa-bisa malah dicurigai bahwa nilai bagusnya adalah hasil dari mencontek.

Bagi orangtua yang mendapati anaknya dengan nilai rapor yang jelek, juga sebaiknya jangan langsung memarahinya. Akan lebih baik jika mencari solusinya, karena kita tidak berhak mengecap anak bodoh hanya karena nilai rapornya jelek.

Saya pernah membaca artikel bahwa ada sebuah sekolah yang tidak pernah memberikan peringkat pada murid-muridnya di rapor. Ya, awalnya saya cukup heran. Setelah saya bertanya pada salah seorang staf pengajar di sekolah tersebut, ternyata sekolah tersebut menganggap bahwa potensi setiap anak tidak dapat ditentukan semata-mata hanya melalui rapor. Tiap mata pelajaran juga memiliki bobot nilai tersendiri. Misalnya, nilai 9 untuk matematika berbeda dengan nilai 9 pelajaran lainnya. Tiap anak juga memiliki keunikan tersendiri yang tidak boleh dibanding-bandingkan dengan yang lain. Bentuk penghargaannya bukan berupa peringkat pada rapor, melainkan dengan pemberian penghargaan pada setiap mata pelajaran. Selain dalam hal pelajaran, ada juga pemberian penghargaan atas potensi yang lain, misalnya perlombaan, olahraga, dll. Jadi, sekolah tersebut ada keunikan dalam menghargai potensi setiap individu. Hmm...cukup menarik bukan?

4. RAPOR ORANGTUA
Setiap kali setelah terima rapor, biasanya orangtua yang langsung menjadi tudingan orang lain. Rapor memang hasil prestasi anak, tetapi di balik itu, orangtualah yang paling bertanggung jawab atas prestasi belajar anak. Begitu pula dalam kehidupan sosial, ketika anak berperilaku buruk, langsung dikaitkan dengan orangtuanya. Orangtua bisa dituding tidak becus mendidik anak, terlalu memanjakan anak, tidak pernah mengajari etika, dll.

Sedini mungkin, kita awasi perkembangan anak, baik di sekolah maupun dalam masyarakat umum. Sebaiknya kita peka terhadap nilai rapor anak dan selentingan orang lain tentang perilaku anak. Selanjutnya, kita cari solusinya agar anak kita memiliki rapor yang baik.

Yang perlu diingat adalah, bahwa kita melakukan ini bukan semata-mata agar anak tidak di-cap sebagai anak yang tidak baik, atau kita sebagai orang tua yang tidak becus mendidik anak. Namun, memang benar-benar demi kebaikan anak dan kebaikan kita juga.

Jika anak mendapat nilai rapor yang jelek, maupun cap dari masyarakat yang jelek pula, sudah pasti itu adalah "angka merah buat Ayah-Bunda"

Nah...bagaimana Ayah-Bunda? Sudah pasti Anda tidak ingin mendapat angka merah juga kan? Mari kita saling mendukung satu sama lain, agar keluarga kita menjadi keluarga yang memiliki rapor yang bagus.

Semoga pembahasan Tips Asuhan Cerdas di atas bermanfaat untuk kita semua, dan dapat dijadikan sumber introspeksi bagi kita, terutama untuk saya :)

Referensi :
Parenting Tiada Batas
Rosa Listyandari