MENJAGA NAMA BAIK ANAK

Kita sering menuntut anak menjaga nama baik orangtua. Seperti yag dikatakan dalam pepatah Jawa, "mikul dhuwur, mendhem jero" yang diamanatkan pada anak untuk menghormati orangtua. Anak harus menjunjung tinggi nama baik orangtua dan menyimpan dalam-dalam kejelekan atau keburukannya. Saya yakin, pepatah ini pun berlaku di daerah lain meski dengan kalimat yang berbeda.
Lalu, bagaimana dengan anak? Apakah tidak kita jaga juga nama baiknya? Apakah tidak kita hormati juga? Tentunya harus ada hubungan timbal balik agar semua berjalan seimbang.
Nah...Anda tentunya juga sudah tahu donk apa yang akan kita bahas kali ini, hehehehe...Baiklah, kali ini Tips Asuhan Cerdas akan berbagi sedikit mengenai Kiat Cerdas Menjaga Nama Baik Anak, cekidoot...

1. Hargai Anak
Coba balikkan cara pandang Anda, lihat ke generasi sesudah kita. Pandang anak Anda. Anak-anak kita yang masih kecil pun sangat perlu mendapatkan perhatian untuk memperoleh suatu penghormatan.
Saatnya kita menghargai anak-anak kita dengan selalu menjaga perilaku kita, bukan hanya menuntut anak untuk selalu menjaga nama baik kita. Kita harus bersikap baik agar anak mendapatkan dampak positifnya. Apabila orang tua sudah bersikap lurus dalam segala aktivitasnya, orang lain pun akan menghargai anak kita juga.
Bisa jadi suatu saat anak Anda akan mendengar kalimat dari masyarakat. Misalnya..."Oh, itu to Risma, anak Pak Wardi yang sangat dermawan." Jika kalimat ini tidak sengaja didengar anak, anak akan merasa senang dan bangga. Sebaliknya, jika anak mendengar kalimat yang tidak mengenakkan telinga, dia pun akan sedih. Misalnya..."Awas, jangan dekat-dekat dengan anak itu! Dia anak Bu Titik yang galak itu kan, jangan-jangan dia juga seperti ibunya." Nah loe...
Memang, hidup bermasyarakat gampang-gampang susah. Kita harus siap menerima segala konsekuensi dari pilihan kita. Kadang kita masuk dalam kondisi dimana bisa kehilangan waktu untuk bermasyarakat, namun jika terlalu rajin bermasyarakat bisa juga malah kita meninggalkan kewajiban untuk mencari nafkah dan menelantarkan diri dan keluarga. Ada baiknya kita mengatur suasana hati agar perilaku kita juga menghadirkan pernyataan dari masyarakat. Misalnya..."Oh...Ayah Dewi itu jarang kumpul-kumpul di kampung mungkin dia sibuk banget, tapi orangnya ramah kok."
Jika kita selalu berusaha bersikap positif, pasti ada juga orang yang tidak menjatuhkan vonis pada kita dan memberi julukan yang konyol pada kita. Anak pun akan merasa nyaman jika bermain dengan teman-temannya dalam lingkungan manapun.
Ketika orang lain telah melabeli diri kita negatif, biasanya mereka akan melabeli negatif terhadap anak kita juga.


2. Anak Bukan Senjata
Ketika melakukan suatu kesalahan, alangkah lebih baik kalau kita tidak menjadikan anak sebagai alasan atas kesalahan kita. Misalnya, ketika Anda terlambat berangkat kerja kemudian dimarahi atasan Anda, kadang muncul kalimat, "Maaf Pak, tadi anak saya rewel." Padahal pada saat itu anak Anda sebenarnya tidak rewel, namun karena Anda yang terbangun kesiangan. Atau ketika orang lain hendak meminjam sesuatu di rumah Anda, Anda berkata, "Maaf, saya takut kalau Siska marah." Cobalah cari alasan yang tepat dan rasional tanpa membawa-bawa nama anak. Kalau pun harus terpaksa membawa-bawa nama anak, alangkah baiknya menggunakan kalimat yang tepat agar anak tidak mendapat kesan yang buruk.
Intinya, ketika kita melakukan suatu kesalahan, tidak perlu menggunakan anak sebagai senjata dengan menjelek-jelekkan nama baik anak sendiri. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan dalam lingkungannya.

3. Buat Keseimbangan
Selain menjaga perilaku kita, kita juga harus membimbing anak menjaga perilakunya. Lucu kan kalau Anda mendengar kalimat seperti ini, "Wah, Pak Heri padahal dermawan, tapi kok anaknya pelit banget ya." atau "Fella kok galak ya, padahal Ibunya sabar lho orangnya." atau "Anak itu baik, tapi Ibunya judes." atau "Yah...anak dan Bapak sama sombongnya." Kalimat-kalimat tersebut pasti membuat telinga merah. Segera kita berbenah diri dan melakukan perbaikan ketika mendengar kalimat-kalimat tersebut, begitu juga perilaku anak kita, namun beban utama ada di pundak kita.
Berbeda halnya jika kita meberi teladan perilaku terhadap anak kita, dia akan mudah menerimanya. Kalimat-kalimat seperti berikut yang pasti enak didengar, "Anak dan ibu sama-sama baiknya ya..." atau "Wah...Bapak dan anaknya itu sangat sopan" atau "Pak Rizal baik hati, begitu pun anaknya". Anda pasti tertarik kan untuk dikomentari seperti itu? Oleh karena itu, ciptakan keselarasan, kekompakan perilaku yang positif antara Anda dan anak Anda.
Kita sebagai orang tua memang harus selalu instrospeksi diri dan selalu melakukan perbaikan atas diri kita. Dengan mengatur langkah positif, baik dalam hal ucapan, perbuatan, dan pemikiran. Jadikan itu sebagai bekal dalam menjaga citra diri, tanpa harus tergila-gila dengan citra diri, gila hormat. Jadikan pula sebagai salah satu cara untuk menghargai anak. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak-anak melalui perilaku kita.
Membuat anak senang dan bangga pada kita tidak harus dengan sesuatu yang mahal, bisa melalui cara murah dan bijaksana...yaitu menjaga perilaku kita. Selanjutnya tularkan, wariskan perilaku tersebut pada anak kita.

Semoga Tips Asuhan Cerdas ini bermanfaat, dan memberikan wacana pada Anda, khususnya saya sendiri untuk selalu menjaga perilaku kita dari hal-hal yang negatif, dapat menjadi tolak ukur kita dalam menerapkan pola asuh yang semestinya pada anak kita. Dan apabila Anda juga memiliki pengetahuan dan pengalaman yang dapat menjadi wacana dalam pola asuh anak, saya akan dengan hati apabila Anda bersedia untuk berbagi dengan saya di sini :)